- Back to Home »
- Sering Tanpa Sadar Ngelakuin Hal Ini? Berarti Sebenarnya Mentalmu Cupu, Warisan Penjajah Dulu!
Saturday, June 11, 2016
Sesungguhnya penjajahan mental lebih kejam
daripada penjajahan fisik!
Bung Karno pernah
berseru dengan lantang dalam pidatonya, kurang lebih kutipannya begini:
"Penjajah tidak akan punah dan tidak sudi enyah dari muka bumi Indonesia
ini, meskipun pada tanggal 17 Agustus 1945 telah kita proklamasikan kemerdekaan
Indonesia!" Sementara itu, Bung Hatta dalam kesempatan lain juga
mengatakan, bahwa: "setelah perjuangan senjata berakhir, bangsa ini masih
harus melanjutkan perjuangan yang jauh lebih terjal dan rumit melalui pena dan
pasar." -Buku Bangsa Inlander: Potret Kolonialisme di Bumi Nusantara.
Mental jajahan adalah
warisan penjajah yang semakin hari makin melekat pada kita, bisa dilihat dari
hal-hal yang sepele. Nah, siapa disini yang masih suka minta foto-foto bareng
sama bule? Yang menganggap bule itu keren kalo dateng ke Indonesia? Ntah itu
bulenya cuma turis biasa tapi kalian nganggepnya itu "wah bule!" Sadar
gak? Kita merendahkan bangsa kita sendiri. Kenapa? Ya, karena kita menganggap
bangsa lain lebih unggul.
Coba berkaca pada
Jepang, bagaimana mereka memiliki rasa yang bangga terhadap negaranya,
bahasanya, dsb. Mereka tidak menganggap kebangsaannya lebih rendah dibanding
kebangsaan asing. Mengapa kita tidak berkaca, mengapa kita tidak seperti itu
juga? Jelas, ini semua karena mental jajahan yang makin melekat, ditambah
dengan budaya latah kita dalam mengikuti arus.
Contoh lain yang sering
kita lihat sehari-hari hampir dalam setiap pertemuan atau rapat, atau dalam
kelas. Bahwa bangku barisan depan pasti kosong! Ya kan? Tau gak? Hal itu hanya
terjadi di Indonesia loh. Padahal apa salahnya duduk di depan?! Hanya
orang-orang yang tak terlalu “penting” saja yang selalu duduk di belakang.
Padahal kebudayaan duduk
di belakang adalah warisan dari penjajah Belanda loh. Dahulu waktu Indonesia
masih dalam penjajahan Belanda, penduduk asli Indonesia digolongkan dalam
kelompok ke-3 , golongan dengan kasta paling rendah. Dalam setiap pertemuan,
jamuan, rapat atau apapun yang mengundang massa, ada aturan tidak tertulis
bahwa Inlander (sebutan pribumi bagi Belanda) harus duduk di belakang, karena
dianggap tidak mempunyai kepentingan, orang tak penting, tapi dibahasakan
dengan tipuan.
Parahnya orang
Indonesia, yang saat itu tertipu, enak-enak saja duduk dibelakang, dibodohi
orang belanda! Parahnya lagi budaya tersebut masih subur dikalangan rakyat
Indonesia, hingga sekarang! Ada yang sadar?!
Mental duduk di belakang
ini adalah salah satu hal kecil yang dapat merusak mental bangsa dan sayangnya
subur berkembang hingga saat ini, padahal mental tersebut juga sama dengan
mental saat Indonesia terjajah oleh Belanda. Jadi memang hampir tidak ada
perbedaan antara mental bangsa Indonesia saat terjajah dan saat merdeka secara
de facto, yang ada hanya persamaanya yaitu, mental orang terjajah (Inlander),
disaat terjajah ataupun merdeka.
Mental Inlanderlah yang
terus melekat pada bangsa Indonesia selama ini. Mental ini hampir merata
dipunyai oleh seluruh manusia Indonesia. Dari yang tertinggi sampai yang
terendah, paripurna dan andai saja ada usul mental itu adalah ciri khas bangsa
Indonesia, maka dapat diterima, karena ada faktanya. Sedihnya, kesuburan mental
ini terjaga hingga sekarang, dirawat baik oleh pejabat dan rakyat.
Penjajahan Belanda
memang dahsyat, selain dijajah secara fisik, mental,pikiran dan keyakinan pun
terjajah habis! Terlalu dahsyat hingga sekarangpun masih dapat dirasakan akibat
penjajahan itu. Masih ada saja manusia Indonesia yang belum bisa membedakan
antara mental terjajah dan mental merdeka!
Kalau kita merdeka, kita
harus merasa memiliki tanah air Indonesia. Ini milik kita, kita bisa
mengolahnya, ini milik rakyat Indonesia, gunanya untuk kemakmuran seluruh
manusia Indonesia. Kita merdeka, secara paripurna, dilihat dari sudut pandang
manapun. Kita merdeka, mempunyai kedaulatan. Kita berani, ini hak kita, semua
yang ada di Indonesia harus tunduk pada kekuasaan Indonesia, kita yang
mengatur, itulah mental bangsa merdeka!
Semoga mulai dari sekarang, perlahan-lahan
kita bisa mengikis mental inlander di dalam jiwa kita. Sehingga puluhan tahun
ke depan, bangsa kita kembali jaya.